KTT Asia Afrika Dimulai

id KTT Asia Afrika

Jakarta (ANTARA Lampung) - Gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika resmi dimulai dengan ditandai pemukulan gong oleh Presiden Joko Widodo didampingi oleh Presiden Myanmar Thein Sein dan Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi, Rabu (22/4).

Sebelum acara dimulai, Presiden Joko Widodo menyambut kedatangan para kepala negara  dan kepala pemerintahan yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika di Jakarta Convention Hall.

Para kepala negara-pmerintahan  yang datang secara bergelombang sejak pukul 08.30 WIB disambut oleh Presiden Joko Widodo yang menunggu di lokasi kedatangan untuk kemudian menuju ruang sidang bersama-sama.

Tampak hadir dan disambut oleh Presiden, antara lain Sultan Brunei Darussalam Hasanal Bolkiah, Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri Palestina Rami Al Hamdallah, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe, Raja Jordania Abdullah II, Presiden Iran Hassan Rouhani dan PM Thailand Prayut Chan o cha.

Dalam pidato pembukaannya, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa negara-negara Asia Afrika saat ini menghadapi tantangan baru yang berbeda dengan yang dihadapi 60 tahun lalu, meski demikian dengan kerja sama yang erat semua tantangan dapat dihadapi bersama.

"Pada 60 tahun lalu Bapak bangsa kami Presiden Soekarno mencetuskan pertemuan untuk memperjuangkan kemerdekaan, kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat kita, itu gelora 1955 itulah esensi dari semangat Bandung. 60 tahun kemudian kita bertemu kembali di negeri ini Indonesia dalam suasana (tantangan-red) yang berbeda," kata Presiden.

                                                  Perjuangan Belum Selesai
Presiden mengatakan perjuangan bangsa-bangsa di Asia Afrika belum selesai karena masih banyak masalah yang dihadapi antara lain masalah kesejahteraan, ekonomi dan juga stabilitas kawasan dan masing-masing negara.

"Dunia sekarang ini masih penuh dengan ketidakadilan, tantangan baru (mewujudkan kerja sama internasional-red) berdasarkan keadilan, kesetaraan," kata Presiden.

Atas ketidakadilan yang terjadi ini, Presiden menegaskan Indonesia siap menjadi jembatan yang menghubungkan Asia dan Afrika dalam kerangka kerja sama politik, ekonomi dan budaya sebagai sebuah kerangka kerja sama baru negara-negara di kawasan tersebut menghadapi tantangan saat ini.

"Indonesia akan bekerja menjadi jembatan maritim yang menghubungkan kedua benua," katanya.

Dengan konsep poros maritim yang saat ini menjadi salah satu fokus pemerintahannya, Presiden berkeyakinan hal itu juga dapat memberikan manfaat bagi pola hubungan kerja sama negara-negara Asia Afrika.

"Indonesia siap bekerjasama dengan semua pihak untuk mewujudkan cita-cita itu hari ini dan besok kita berkumpul di Jakarta untuk menjawab tantangan. Hari ini dan besok dunia menanti langkah kita dengan membawa bangsa Asia Afrika berdiri sejajar (dengan bangsa lain-red)," kata Presiden.

Presiden mengatakan ada tiga hal yang menjadi perhatian untuk mengembangkan kerja sama Asia Afrika saat ini.

"Kita bisa melakukan semua itu dengan mengacu tiga cita-cita yaitu kesejahteraan, mempererat kerja sama untuk menghapuskan kemiskinan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan lapangan kerja," kata Kepala Negara.

Hal lainnya, kata Presiden, yaitu mengembangkan solidaritas dengan membangun kerja sama ekonomi dan juga membantu pembangunan infrastruktur. Dalam posisi inilah, kata Presiden, Indonesia siap menjadi jembatan kawasan Asia dan Afrika.

"Ketiga, stabilitas internal dan eksternal kita harus kerja sama atasi radikalisme seperti ISIS, kita juga harus memerangi penyalahgunaan narkotika serta mendorong penyelesaian pertikaian secara damai," kata Presiden.

Indonesia juga, kata Presiden, memprakarsai pertemuan negara-negara Islam dan juga memastikan menjaga stabilitas internal masing-masing negara sehingga memberikan kontribusi positif pada stabilitas kawasan dan global secara umum.

Presiden berharap negara-negara equator dan kawasan Asia Afrika merupakan masa depan dunia dengan segala potensi sumber daya manusia dan juga potensi ekonomi yang ada oleh karena itu melalui kerja sama Asia Afrika maka kawasan yang maju dan sejahtera bisa diwujudkan.

"Melalui forum ini saya ingin sampaikan keyakinan kita masa depan dunia ada di equator, masa depan kita di dua benua Asia dan Afrika," katanya.

Kepala Negara memandang saat ini dalam kerja sama internasional dan arsitektur politik internasional masih terjadi ketidakadilan dan ketimpangan antar kawasan.

"Dunia sekarang ini masih penuh dengan ketidakadilan, tantangan baru (mewujudkan kerja sama internasional. Red) berdasarkan keadilan, kesetaraan," kata Presiden.

Selain dalam arsitektur politik global, ketimpangan juga terjadi dalam hubungan ekonomi dan bidang-bidang lainnya sehingga menghambat kemajuan negara-negara Asia Afrika.

"Untuk melakukan reformasi arsitektur global, membutuhkan kepemimpinan global yang kolektif," katanya.

Kepala Negara menegaskan Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan juga salah satu kekuatan ekonomi dunia siap bekerja sama dengan semua negara terutama negara Asia Afrika untuk mewujudkan tata hubungan global yang lebih adil dan seimbang.

"Indonesia siap bekerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan cita-cita itu hari ini dan besok kita berkumpul di Jakarta untuk menjawab tantangan. Hari ini dan besok dunia menanti langkah kita dengan membawa bangsa Asia Afrika

                                                 Laporan Menteri Luar Negeri
Dalam acara pembukaan KTT Asia Afrika ini juga disampaikan laporan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terkait hasil Pertemuan Tingkat Menteri Konferensi Asia Afrika (Asia Africa Ministerial Meeting).

"Izinkan saya melaporkan kepada para pemimpin Asia-Afrika mengenai hasil Pertemuan Tingkat Menteri Asia Afrika yang diadakan pada 20 April. Pertemuan berlangsung secara konstruktif dengan diskusi yang intensif," kata Menlu Retno.

Menlu Retno menyebutkan bahwa Pertemuan Tingkat Menteri KAA 2015 dihadiri oleh 34 menteri, 16 wakil menteri, dua deputi menteri, dan 39 kepala delegasi dari negara-negara Asia dan Afrika.

Menurut dia, terkait pembahasan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (New Asia Africa Strategic Partnership), para peserta AAMM sepakat untuk fokus mencari cara untuk membentuk kerja sama konkret di antara negara-negara Asia dan Afrika.

"Dalam pertemuan tersebut muncul beberapa pemikiran, di mana para menteri (Asia Afrika) menekankan bahwa Dasasila Bandung masih relevan untuk digunakan dalam mengatasi berbagai tantangan masa kini," ujar dia.

Pertemuan Tingkat Menteri Asia-Afrika sepakat untuk mendorong negara-negara Asia Afrika untuk memajukan Kerja sama Selatan-Selatan dalam upaya mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.

"Kami berbagi pandangan mengenai pentingnya Kerja sama Selatan-Selatan dan pentingnya kebersamaan untuk memajukan Kerja sama Selatan-Selatan," ungkap dia.

Selain itu, Pertemuan Menteri KAA 2015 juga sepakat untuk mendukung kemerdekaan Palestina dan menekankan pentingnya dukungan pembangunan kapasitas bagi Palestina.