"Still Alice" Mengulik Alzheimer Lewat Drama Keluarga

id Film Still Alice

Perth (ANTARA Lampung) - "Aku dulu orang yang tahu tentang banyak hal. Sekarang tidak ada lagi orang yang meminta pendapat atau saranku. Aku merindukan masa-masa itu. Aku dulu selalu penasaran dan mandiri dan percaya diri. Aku rindu rasanya dibutuhkan. Aku kangen hidupku dan keluargaku."
 
Kalimat-kalimat di atas adalah milik Dr Alice Howland, tokoh fiksi dalam film berjudul "Still Alice" besutan sutradara Richard Glatzer dan Wash Westmoreland.

Berkat film ini, Jullian Moore yang berperan sebagai Alice pun berhasil menyabet Piala Oscar sebagai pemeran utama perempuan terbaik.

Selain Moore, ada sederetan nama besar Hollywood yang mendukung film ini antara lain Alec Baldwin, Kristen Stewart, dan Kate Bosworth.

Film bergenre drama keluarga ini mengangkat kisah tragis tentang penyakit Alzheimer bisa membuat pengidap secara perlahan, bertahun-tahun, kehilangan daya ingat, daya pikir, dan akhirnya mengubah pola hidup secara keseluruhan.

Diadaptasi dari sebuah novel laris karya Lisa Genova, film berdurasi 101 menit ini berkisah tentang seorang doktor ilmu linguistik yang mengajar di Harvard dan divonis mengidap Alzheimer.

Alzheimer adalah ranting dari demensia, yaitu penyakit  yang menimbulkan penurunan ingatan, kemampuan berpikir, dan pola tingkah laku.

Penyakit ini lazimnya diderita oleh orang berusia 65 tahun ke atas, namun sekitar 5 persen dari pengidap ternyata berusia cukup muda yaitu 40-50 tahun dan mereka disebut dengan "early onset Alzheimer".

Di Amerika, diperkirakan terdapat 200.000 orang mengidap Alzheimer tipe ini.

Alice adalah potret dari kelompok "early onset Alzheimer". Dengan karier yang cemerlang, menjadi guru besar linguistik di usia relatif muda, dan berkarir sebagai dosen di universitas kenamaan, mendadak dunia Alice seolah terhempas tsunami ketika mengetahui dirinya sedang digerogoti Alzheimer.

Pada tahap awal, Alice lupa kata yang ingin disampaikan. Ketika ia berolahraga lari, ia bingung dan tersesat meskipun berada di lingkungan tempat ia biasa lari.

Namun dengan suami dan tiga anak yang sangat mencintainya, Alice mendapatkan sokongan moril yang sangat besar.

Dalam sebuah adegan, Alice meminta kepada suaminya agar sudi mengambil cuti setahun dan bertualang selagi ingatannya belum punah musnah secara permanen.

John Howland, yang diperankan oleh Alec Baldwin, digambarkan sebagai sosok suami yang sabar dan berusaha beradaptasi dengan penurunan kemampuan ingat istrinya.

Tragisnya, Alice justru terpukul ketika mengetahui bahwa penyakitnya itu sangat mungkin terwariskan lewat gen kepada tiga buah hatinya. Anna dan Tom memilih untuk melakukan tes DNA, dan ternyata Anna positif memiliki gen seperti ibundanya sementara Tom negatif. Sementara Lydia memutuskan untuk tidak melakukan tes sama sekali.

Alzheimer adalah penyakit yang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Bila ada anggota keluarga seperti ayah, ibu, saudara kandung yang positif Alzheimer, sangat besar peluangnya untuk anak mendapatnya juga dan ini disebut dengan "familial Alzheimer's disease".

Alice sendiri merupakan penerus gen Alzheimer dari ayahnya, yang pada hari-hari akhirnya disebut Alice sangat pikun dan sering mengompol di mana-mana.

Ketika daya ingat Alice terus memburuk, John membawa istrinya itu untuk berlibur di rumah tepi pantai mereka. Di sana terdapat buku foto keluarga yang menggugah ingatan Alice tentang anak-anaknya.

Adegan yang sentimental muncul ketika Alice bergegas akan keluar rumah untuk lari bersama suaminya, namun ia merasa harus ke kamar kecil untuk berkemih.

Sembari menahan kencing, Alice mencari-cari toilet tetapi tidak berhasil, ia lalu terpaksa "merelakan" dirinya ngompol berdiri kebingungan sembari berkata "Aku tidak bisa menemukan kamar mandinya".  

John dan ketiga anak serta menantu sudah mengetahui bahwa daya ingat Alice akan terus menurun, sementara ikatan mereka sebagai keluarga senantiasa diuji.

John mendapatkan tawaran kerja di kota lain, sedangkan Alice merasa hidupnya ada di rumah mereka di New York. Anna pun sibuk mengurusi bayi kembarnya, dan Lydia yang memilih jalur seni akhirnya bersedia meninggalkan Los Angeles dan merawat ibunya di rumah.

Film ini merupakan pembuka jendela bagi orang-orang yang belum begitu mengenal apa itu Alzheimer. Di sisi lain, film ini juga menjadi refleksi bagi anggota keluarga yang merawat pengidap Alzheimer.

"Jangan sebut aku penderita. Aku tidak menderita, aku berjuang. Berjuang melawan penyakit yang menggerogoti ingatanku. Ingatan tentang aku," ujar Alice dalam adegan berpidato di sebuah Forum Alzheimer.

Kadang mungkin orang mengira orang yang kehilangan daya ingat hanyalah pikun dan tidak mengancam nyawa. Justru di film ini, Alice sempat merencanakan bunuh diri bila keadaan sudah demikian memalukan dan membuatnya frustrasi.

Ketika pada awal-awal mengetahui dirinya positif Alzheimer, Alice merekam video bagaimana caranya menelan pil penenang berdosis tinggi. Namun upaya bunuh diri itu gagal karena Alice terkejut akan bunyi orang membuka pintu, dan semua pil di tangannya pun  terhambur ke lantai.

Alzheimer adalah penyakit yang hingga kini tidak bisa dicegah, tidak bisa disembuhkan, dan diperlambat fasenya.

Di Amerika, terdapat lebih dari 5 juta orang mengidap Alzheimer. Seperti dikutip dari laman Alzheimer Association (www.alz.org), penyakit ini tidak hanya mengancam ingatan tapi juga nyawa.

Kematian akibat Alzheimer di Amerika adalah nomor enam terbesar, dan jumlahnya lebih banyak daripada gabungan kanker payudara dan kanker prostat.

Ketika angka kematian akibat semua jenis penyakit menunjukkan penurunan pada periode tahun 2000--2013, kematian akibat Alzheimer justru naik 71 persen.

Bagaimana dengan Indonesia? Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2011 menunjukkan sekitar satu juta penduduk Indonesia menderita Alzheimer. Dan secara global, diperkirakan setiap empat detik terdapat satu pengidap baru.