Banyak Ibu Gagal Berikan ASI Eksklusif

id ibu, gagal, asi, eksklusif

Ketidaktahuan saya tentang pentingnya ASI justru diperparah ketika melakukan persalinan di rumah sakit, bahkan tanpa sepengetahuan keluarga, bayi saya diberi susu formula sampai dia benar-benar tidak mau disodorkan ASI."
Bandarlampung, (ANTARA Lampung) - Banyak ibu gagal memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif justru saat berada di rumah sakit bersalin, seperti diungkapkan dalam kelas edukasi ASI yang digelar oleh Komunitas ASI For Baby (AFB) Lampung.
        
Rumarta, salah satu peserta kelas edukasi ASI di Bandarlampung, Minggu, mengatakan, kegagalan dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya yang pertama ketika menjalankan persalinan caesar di rumah sakit.
        
"Ketidaktahuan saya tentang pentingnya ASI justru diperparah ketika melakukan persalinan di rumah sakit, bahkan tanpa sepengetahuan keluarga, bayi saya diberi susu formula sampai dia benar-benar tidak mau disodorkan ASI," katanya.
        
Hal yang sama disampaikan peserta lain Febri.  Menurut dia, pihak rumah sakit seperti tidak memberi ruang bagi dirinya saat ingin rawat gabung dengan bayinya.
        
"Sampai saya sendiri yang bolak-balik ke ruangan anak untuk menyusui anak saya. Tapi saya malah mendapat teguran supaya tidak sering-sering menemui bayi karena bisa membuat bayi rewel," ujarnya.
        
Begitu pula dengan Masaji, dia mengaku terpaksa memberi susu formula karena bayinya tidak buang air kecil seharian dan dianggap ASI-nya kosong.
        
"Bidan menyarankan untuk memberi susu formula, meskipun saya menolak tetap saja di belakang saya para perawat menyuguhkan susu formula sampai anak saya tertidur pulas dan tidak mau diberi ASI lagi," katanya.
        
Menurut Lianita Prawindarti, Wakil Ketua Divisi SDM dan Pengembangan Organisasi AIMI Pusat, bayi bisa bertahan tidak mendapat asupan ASI tiga hari pascapersalinan.
        
Lebih lanjut ia mengatakan, ASI akan keluar seiring keluarnya plasenta, dan dengan menyusui akan memancing kolostrum keluar.
        
"Indikator bayi berkecukupan mendapat asupan ASI saat seminggu pertama persalinan adalah dengan keluar kotoran dan kencing pada bayi," ujarnya.
        
Lebih lanjut ia menjelaskan, susu formula sebagai pengganti ASI itu hanya boleh diberikan apabila ada kondisi bayi atau ibu dalam keadaan tertentu. "Itu pun diberikannya harus dalam pengawasan dokter, dan setiap kali memberikan susu formula harus diketahui oleh ibu atau ayahnya yang dibuktikan dengan pembubuhan tanda tangan," kata dia lagi.
        
Terkait banyak keluhan ibu melahirkan yang tidak mendapat dukungan dari pihak tenaga kesehatan dalam memberikan ASI, AIMI atau pun AFB tidak bisa memberi sanksi apa pun.
        
"Kami hanyalah sebuah organisasi atau komunitas yang sifatnya memberi dukungan pada kaum perempuan untuk bisa mendapatkan haknya dapat memberikan ASI secara tepat dan benar," ujar Lianita.
        
Ketua Komunitas AFB Lampung Upi Fitriyati mengatakan, siap menampung pengaduan yang berkaitan dengan kendala dalam memberikan ASI pada bayi.
        
"Kami membuka layanan pengaduan dan konsultasi menyusui secara online," katanya lagi.
        
Pengaduan terkait kendala menyusui yang biasa ditemukan di rumah sakit bersalin atau lainnya bisa dilayangkan melalui layanan Eni 081379450134, Andriana 08127915159, Febriyani 08129228599 atau email Afb.Lampung@gmail.com.
        
"Pengaduan dari masyarakat ini, nantinya akan kami teruskan kepada pemangku kebijakan agar pengontrolannya dapat berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku," ujar dia.