Demi Cita-cita Rela Disebut Banci

id Demi Cita-cita Disebut Banci

Jakarta (ANTARA Lampung) - Seorang pemuda yang termenung dengan keadaan hidup yang begitu terasa tidak adil baginya, merasa putus asa untuk menjalani hidup.

Berpikir keras itulah yang ia lakukan setiap harinya. Tanpa ada dorongan dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, seakan ia hidup sebatang kara di dunia ini.

Tidak lepas dengan kehidupan yang begitu keras, ia masih terombang-ambing ke sana kemari untuk menemukan jati dirinya, berjalan dan terus berjalan tanpa terasa sudah jauh ia berjalan.

Sama halnya dengan pemuda-pemudi lainnya ia juga mempunyai seseorang yang ia kagumi, yang membuat hidupnya sedikit lebih bersemangat dan membuat ia larut dalam khayalan dan angan-angan.

Pemuda ini mengagumi seorang sosok yang dikenali oleh banyak orang, seorang sosok yang begitu menginspirasi bagi kehidupannya, orang yang sering muncul di televisi. Ia adalah seseorang yang berkecimpung di dunia fashion dan hiburan, Ivan Gunawan itulah nama orang yang dikagumi oleh pemuda ini.

Pemuda tersebut mulai mengagumi Ivan Gunawan semenjak ia berumur 15 tahun. Tidak begitu jelas bagaimana ia bisa mengagumi Ivan Gunawan ini, tetapi ia mampu melihat sebuah peluang kesuksesan dari sosok perancang busana ini yang membuat pemuda itu mengkhayal dan berangan bagaimana kalau nantinya ia bisa seperti sosok yang ia kagumi ini.

Pemuda ini juga mempunyai hobi yang sama dengan idola yang ia kagumi, ia sama-sama menyukai disain-disain busana.

Dengan berjalannya waktu akhirnya pemuda ini menyelesaikan sekolahnya di tingkat sekolah menengah atas dan ia mulai berpikir bagaimana cara melanjutkan hidup ke depannya.

Dari sini ia mulai bekerja sebagai sales promotion boy di departemen store namun ia hanya bisa bertahan selama lima bulan saja, lalu ia mencari lagi pekerjaan yang cocok dengan dirinya.

Ia mulai memasukkan lamaran ke sebuah klinik di Jakarta Selatan dan ia mulai bekerja selama lima tahun di klinik tersebut, banyak suka cita yang ia rasakan selama bekerja di klinik ini, banyak pelajaran hidup yang ia dapatkan di klinik tersebut, selama lima tahun ia bekerja.

Ia sempat putus asa dengan hidupnya, ia berpikir apakah hidupnya bakal seperti ini terus, disuruh-suruh orang, dibentak segala macamnya, ia mulai menanyakan kepada dirinya untuk apa ia hidup, seperti apa jati dirinya, membuat ia lelah memikirkan hidup ini.

Pada tahun 2010, tepatnya pada tanggal 10 Januari Allah berkehendak lain, Allah memanggil Ayahnya terlebih dahulu, seorang ayah yang mana menjadi panutan dan tulang punggung bagi keluarga kini sudah tiada, ia telah pergi ke surga dan meninggalkan anak-anaknya.

                                              Sifat Mulai Berubah
Semenjak ayahnya sudah tiada, pemuda ini semakin terpuruk dan putus asa, semakin merasakan betapa sulitnya kehidupan ini buat ia jalani, larut dalam kesedihan membuat pemuda ini salah jalan dan mulai menirukan tingkah laku dan sifat kewanitaan, dengan kelakuan ia yang seperti ini membuat keluarganya risih dan marah kepada pemuda ini.

Dengan tekad dan cita-cita yang ia punya, ia mulai membicarakan hal ini kepada kakak-kakaknya, walaupun nantinya ia akan dimarahi atau bakal tidak diterima lagi di keluarga nya ia tetap dengan lapang dada dan percaya diri membicarakan hal ini.

"Kak, saya minta restu dan doanya, walaupun tingkah laku dan sifat saya menirukan wanita saya tidak peduli karena seperti ini membuat saya nyaman dan semangat buat jalani dan mengapai cita-cita saya, saya hanya minta restu dan do'a dari kakak," ujar Alba nama dari si pemuda berusia 25 tahun kepada kakaknya.

Suasana yang mencekam, hening seperti di kuburan ini membuat pemuda ini gelisah dan pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh kakaknya nanti setelah pengakuan yang ia buat ini.

Dengan sifat dewasa kakaknya ia mulai berbicara, tidak masalah kalau kamu seperti ini, yang menjalani hidup ini adalah kamu, yang menerima risikonya nanti juga kamu, kamu sudah dewasa dan kamu memikirkan baik buruknya yang kamu lakukan, cuma saya sebagai kakak kamu hanya ingin adiknya berada di jalan yang benar, saya restui kamu seperti ini tapi kamu janji kalau nantinya kamu sudah dapatkan dan temukan apa yang kamu cari saya ingin kamu menikah dengan perempuan bukan dengan laki-laki dan kamu harus janjikan itu kepada saya.

Pemuda itu pun termenung dengan pukulan kata-kata yang di ucapkan oleh kakak nya, dan ia mulai memikirkan janji yang diminta kakak nya, dengan percaya diri ia menerima dan berjanji kalau suatu saat nanti dia akan menikah dengan perempuan, tapi dia tidak bisa pastikan kapan semua itu akan terjadi, setidaknya ia akan menepati janji yang telah ia buat dengan kakaknya.

Setelah mendapatkan restu dan doa dari keluarganya ia mulai mengayunkan kaki dan melangkah menuju ambang kesuksesan, dan ia hidup mandiri jauh dari keluarga, yang ia temui di kehidupan yang ia jalani ini adalah orang-orang yang sama ingin mengadu nasib dengan nya.

Bertambahnya umur membuat pemuda ini berfikir lebih keras lagi dengan tujuan hidup yang ia punya, cita-cita yang begitu manis yang ingin ia berikan kepada keluarganya, sebuah rumah sederhana yang mampu untuk mengumpulkan kembali saudaranya yang hidup terpisah semenjak ditinggalkan oleh sang ayah, rumah tempat ia bercanda tawa dengan kakaknya, rumah tempat ia pulang untuk melepas lelah dari kesibukan dunia, cita-cita yang begitu mulia yang menginginkan sebuah kebersamaan dengan keluarga.

Panas teriknya cuaca di Kota Jakarta siang itu tidak membuat ia putus asa demi sebuah cita-cita yang ingin ia persembahkan kepada keluarga, ia memulai lagi kehidupan yang pahit yang akan ia ubah menjadi manis, ia mulai bekerja di sebuah restoran di Kemang, ia bekerja sebagai pelayan restoran di sana.

Seperti halnya dengan restoran-restoran lainnya , tentu ia harus memperhatikan penampilannya supaya lebih menarik dan disukai oleh tamu-tamu yang datang ke restoran tersebut.

Dari sanalah pemuda ini mulai mencoret-mencoret dan mewarnai mukanya, dari membuat alis mata, pakai bedak, pakai bulu mata bahkan mewarnai bibir sekalipun ia lakukan, dengan penampilan ia yang begitu menarik membuat ia menjadi panutan dan contoh di restoran tersebut, karyawan dan teman-temannya pun menyarankan untuk ia bekerja di salon kecantikan, tapi pendapat ia berbeda dengan keinginan teman-temannya, ia tidak ingin bekerja disalon tetapi ia ingin menjadi pemilik salon.

                                             Bertemu Ivan Gunawan Sang Idola
Selepas dari perhatian teman-temannya, ia tetap bekerja di restoran tersebut, pada saat lagi sibuknya bekerja ia berpapasan dengan idola yang menjadi inspirasinya selama ini, yaitu Ivan Gunawan, ia berpapasan di restoran tempat ia bekerja, dengan rasa malu yang ia punyai ia enggan untuk menyapa idolanya tersebut, tetapi sebuah kata-kata lewat di pikirannya, kalau tidak sekarang kapan lagi saatnya untuk mendapatkan yang ia inginkan.

Suasana restoran yang orang-orang pada kelaparan asik menyantap hidangan yang mereka pesan, Ivan Gunawan pun menegur pemuda tersebut dengan sebutan cantik dan bahagia nya idola nya tersebut mengajak ia makan bersama dan ia melayani semua pesanan yang di inginkan oleh idolanya tersebut.

Banyak canda tawa cerita yang terjadi saat itu, suara Ivan Gunawan pun mengalihkan perbincangan karena ia merasa kesal pesanan yang dia inginkan tidak sesuai dengan yang ia harapkan, pemuda itu pun merasa bersalah dan minta maaf kepada idolanya karena ia salah membuatkan pesanan.

Pemuda yang sempat putus asa ini ditawarkan pekerjaan oleh sang idolanya menjaga toko pakaiannya, idolanya pun meminta nomor telepon pemuda ini, dengan hati senang pemuda ini pun memberikan nomor telepon nya kepada idolanya tersebut, dan idolanya pun mengatakan akan menghubunginya kapan ia akan mulai bekerja.

Kembalilah pemuda tersebut ke kesibukannya sebagai pelayan restoran sambil menunggu telepon dari idolanya, tetapi rezeki belum di tangannya, banyak alasan yang memungkinkan ia tidak bisa bekerja di tempat yang di janjikan idolanya tersebut dan ia pun mulai merasa jenuh dan bosan, sempat terlintas di benaknya kata-kata teman nya untuk bekerja di salon, ia pun berserah diri kepada Tuhan kalau memang ini yang diinginkan tuhan akan ia jalani, ia tidak menghiraukan lagi kata-kata orang yang mencaci dan menghinanya, yang ia tahu hanyalah tujuan ia untuk membahagiakan keluarganya.

Keluar dari bekerja di restoran ia sempat terpuruk karena tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan jati dirinya, teman-teman yang melihat ia berbakat dalam kecantikan meminta pemuda tersebut untuk merias muka mereka dan hasil nya sangat memuaskan.

                                                     Dunia Maya
Berawal dari dunia maya Blackberry messenger sebuah aplikasi obrolan yang digunakan semua kalangan ini seakan membuka sebuah pintu kesuksesan bagi pemuda ini, pesan suara yang menyiarkan kontak sebuah produser membuat pemuda ini nekad menawarkan jasa kepada produser tersebut sebagai make up artis, dan produser tersebut menanggapinya dengan positif dan menyuruh pemuda tersebut datang untuk melakukan tes, setelah tes dilakukan penilaian bagus diajukan kepada pemuda tersebut dari situlah terbuka batin pemuda ini seakan ia menemukan jati dirinya, ia pun mulai berpikir untuk sekolah kecantikan.

Suasana hati yang begitu senang seakan kehidupan manis itu akan ia rasakan, ia mulai bertanya-tanya sekolah kecantikan, dan ada seorang temannya yang seakan mengetuk hatinya memberikan saran kepada pemuda tersebut untuk tidak usah membuang-buang uang untuk sekolah kecantikan, cukup buka youtube di internet dan belajar sendiri dengan cara menonton video kecantikan dan mempraktekkannya kepada diri sendiri.

Tidak pandang lelah pemuda ini pun mengikuti saran yang diberikan teman nya,dan mulai mempraktekkannya kepada teman-temannya, dan ia pun mendapatkan pujian yang sangat memuaskan, dari sini lah ia mulai mencari dan menawarkan jasanya kepada orang-orang.

                                                            Syuting
Lelah yang tidak kunjung ia rasakan ia menerima tawaran syuting pertama dari produser yang ia tawarkan jasa, karena pemula yang belum sama sekali punya pengalaman merias artis iya sempat di caci dan dimarahi oleh beberapa artis, ia dibentak betapa sakit hati yang ia rasakan , ia hanya bersabar ini baru awal dari apa yang ia inginkan demi sebuah kebahagiaan keluarga.

Waktu demi waktu berlalu ia sempat merasakan manisnya hidup mencoba banyak hal seperti yang orang-orang banyak uang lakukan, ia tidak sombong dan tidak lupa daratan ia tetap seorang pemuda yang rendah hati, seorang pemuda yang sederhana, seorang pemuda yang menginginkan kebahagiaan.

Harapannya hanya satu menepati janji nya kepada kakaknya untuk menikah dengan seorang perempuan dan memiliki rumah untuk ia dan kakaknya berkumpul dan bercanda ria sebuah cita-cita mulia yang sederhana.

Pemuda ini merupakan salah satu contoh dari banyaknya orang-orang di Jakarta yang " salah jalan" dengan memilih untuk menjadi dan menirukan sikap dan sifat perempuan demi menjalani hidup yang begitu sulit untuk mereka jalani dan akhirnya kembali menjadi lelaki normal.