Tuna Sirip Kuning Berhasil Dipijahkan

id ikan, tuna, sirip, kuning, berhasil, dipijahkan, bisnis, pertama

Tuna Sirip Kuning Berhasil Dipijahkan

Tuna sirip kuning berhasil dipijahkan-ilustrasi. (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar)

Jakarta, (ANTARA Lampung) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balitbang Kelautan Perikanan yakni Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali, sukses melakukan pemijahan ikan tuna sirip kuning atau "yellow fin" di luar habitat.
         
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Achmad Poernomo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, mengatakan keberhasilan dalam pemijahan tuna sirip kuning yang memiliki nama ilmiah Thunnus albacares ini menjadi sejarah baru bagi sektor kelautan dan perikanan nasional.
         
Hal ini dikarenakan Indonesia menjadi negara pertama yang membudidayakan ikan pelagis ini dari mulai tahap pemijahan.  
    
Menurut dia, ini prestasi yang membanggakan sekaligus menjadi langkah nyata Indonesia dalam mendukung kebijakan pembangunan perikanan yang berkelanjutan (sustainable fisheries development), sehingga bisa menjamin kelangsungan hidup ikan tuna serta bisnisnya.
         
Dari hasil pemijahan ikan tuna di Keramba Jaring Apung (KJA), diperkirakan jumlah telur total yang dihasilkan oleh ikan tuna sebanyak 400--500 ribu butir. Nantinya, bayi tuna yang dikembangkan di KJA ini bisa dibudidaya masyarakat.
         
Pemijahan ikan tuna yang dipelihara di KJA ini, ia mengatakan merupakan pemijahan ikan tuna yang pertama terjadi di Indonesia, sehingga diharapkan nantinya telur hasil pemijahan ini dapat menghasilkan benih yang dapat diaplikasi oleh masyarakat pembudidaya.
         
Keberhasilan dalam pemijahan ini karena tim peneliti terus melakukan pengkajian teknologi baik konstruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan, pengelolaan pakan dan air.
         
BBPPBL Gondol sejak 2013 telah menjalankan program kegiatan penelitian Tuna Sirip Kuning dengan fokus budidaya tuna dengan dalam keramba jaring apung (KJA) di lepas pantai.
         
Tercatat, pemeliharaan induk di Karamba Jaring Apung di laut menunjukkan sintasan (survival rate) di atas 80 persen.
    
Sebagai catatan pemijahan ikan tuna di KJA pertama kali terjadi pada tanggal 21 Januari 2015. Lebih rinci, tim peneliti menggunakan satu unit KJA dengan ukuran diameter pelampung 50 meter (m) dengan ukuran mata jaring 2.5 inch dan kedalaman jaring 9 meter.
         
Dalam kegiatan pembudidayaan tuna sirip kuning, calon induk di peroleh dari perairan laut Bali Utara sebanyak 114 ekor dengan ukuran 0,5-1,0 kilogram (kg).
         
Tuna dianggap sebagai indukan bila telah berukuran 20-30 kg dengan waktu pemeliharaan selama satu tahun, dan di KJA sendiri ikan tuna diberi pakan dua kali sehari. Calon indukan diberi pakan berprotein tinggi, yaitu ikan layang dan cumi-cumi dengan rasio 1:1, dan ditambahkan vitamin sebanyak 2.5 persen dari jumlah pakan ikan.
         
Seperti diketahui, Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi tuna tertinggi di dunia. Tercatat total produksi tuna mencapai 613.575 ton per tahun dengan nilai penjualan sebesar Rp6,3 triliun per tahun.
         
Sebanyak 70 persen produksi ikan tuna Indonesia diekspor ke Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Kendati demikian, komoditas tuna tengah menghadapi sejumlah tantangan antara lain menurunnya produktivitas, ukuran yang cenderung mengecil serta daerah penangkapan ikan yang cenderung ke laut lepas.
         
Sedangkan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPPI), status tingkat eksploitasi tuna jenis albacore, madidihang, mata besar dan tuna sirip biru selatan sudah sangat mengkhawatirkan dengan status tereksploitasi penuh (fully exploited) hingga tereksploitasi berlebih (over-exploited).
        
Hanya tuna jenis cakalang yang masih dalam status tereksploitasi sedang (moderate). Tren penurunan stok tuna ini mengancam keberlangsungan mata pencaharian nelayan dan juga bisnis tuna.
         
BBPPBL Gondol-Bali merupakan lembaga Litbang yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP.  BBPPBL Bali memiliki mandat melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perbenihan dan pembesaran ikan-ikan laut.
         
Hasilnya, berbagai paket teknologi perbenihan dan pembesaran telah diaplikasikan ke masyarakat antara lain teknologi perbenihan dan pembesaran ikan Bandeng, ikan Kerapu tikus atau bebek, ikan Kerapu macan, ikan Kerapu batik, ikan Kerapu sunu dan beberapa kerapu hibrid, teknologi pembenihan dan pembesaran Abalon, dan juga udang windu.
         
Selain itu teknologi perbenihan dan pembesaran Teripang pasir akan segera menyusul untuk diaplikasikan ke Masyarakat.