AGI: 2015 Tak Perlu Impor Gula

id agi, 2015. tak perlu, impor, gula

AGI: 2015 Tak Perlu Impor Gula

ILUSTRASI-Gula rafinasi. ( FOTO ANTARA/Yusran Uccang)

Apalagi semua pabrik gula di Sumatera Selatan dan Lampung sudah melaksanakan giling."
Jakarta,  (ANTARA Lampung) - Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menilai pada tahun ini Indonesia tidak perlu mengimpor gula konsumsi langsung baik berupa gula kristal putih (GKP) maupun gula mentah (raw sugar) untuk keperluan pabrik gula berbasis tebu.
         
Direktur Eksekutif AGI Tito Pranolo di Jakarta, Selasa, menyatakan stok awal tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 1,5 juta ton lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula selama lebih dari enam bulan ke depan.
         
"Apalagi semua pabrik gula di Sumatera Selatan dan Lampung sudah melaksanakan giling," katanya saat menyampaikan 'Outlook Pasar Gula 2015'.
         
Stok gula sebanyak 1,5 juta ton pada awal tahun ini, tambahnya,  yakni 1,12 juta di gudang dan sisanya di pengecer.
         
Pihaknya memprediksi produksi gula berbasis tebu di 2015 akan mengalami penurunan menjadi 2,54 juta ton dibandingkan 2014 sebanyak 2,58 juta ton.  
    
Sementara untuk konsumsi 2015 diprediksi mencapai 2,89 juta ton, dengan asumsi kenaikan jumlah penduduk dari 253,8 juta penduduk menjadi 255,4 juta penduduk dan kenaikan konsumsi dari 11,24 kg per kapita menjadi 11,32 kg per kapita.
         
"Gula produksinya 2,54 juta ton ditambah stok jadi 4 jutaan. Dengan konsumsi 2,89 juta maka tidak perlu impor," kata Senior Advisor Asosiasi Gula Indonesia Yadi Yusriyadi.
         
Pada kesempatan itu AGI meminta pemerintah dan industri melakukan upaya nyata untuk mencegah kemungkinan penurunan produksi gula gristal putih (GK) pada tahun ini.
         
Menurut Tito, upaya yang paling penting yakni mendorong kenaikan harga lelang yang dapat menutupi biaya produksi yang semakin meningkat.
         
Dikatakannya, harga lelang yang rendah selama 2014 diperkirakan akan menurunkan minat petani menanam tebu, selain itu juga mengurangi penggunaan agroinput yang baik dan penerapan teknik budidaya seadanya yang menyebabkan produktivitas merosot.
         
"Pada Januari 2014 harga lelang sempat mencapai Rp8.629/kg, namun terus menurun pada kisaran Rp8.025/kg bahkan pada November-Desember harga lelang terus tertekan," katanya.
         
Upaya lain yang sangat mendesak untuk dilakukan, tambahnya,  adalah pengendalian impor raw sugar dan pengawasan distribusi gula rafinasi.