Perempuan Nepal Aman Berkat Bus Khusus

id Perempuan Nepal Merasa Aman Berkat Bus Khusus

Kathmandu (Antara/Xinhua-OANA) - Dengan peluncuran bus pertama khusus-perempuan di Nepal pekan ini, kaum perempuan di ibu kota negeri itu telah bernafas lega dan merasa lebih nyaman dengan angkutan umum tersebut.
        
Pada saat kaum perempuan diserang dan mengalami pelecehan seksual serta bentuk lain kekerasan di dalam kendaraan umum, gagasan baru itu telah memberi rasa lega seketika kepada perempuan penumpang, yang menyatakan layanan bus khusus-perempuan telah membuat mereka merasa dihormati dan istimewa.
        
"Sebagai mahasiswi, saya perlu melakukan perjalanan di jalur ini setiap hari, dan saya sering digerayangi oleh mata penuh nafsu serta sentuhan yang tak saya inginkan lewat bagian tubuh lelaki. Layanan bus khusus-perempuan ini telah membantu membebaskan kami dari segala bentuk pelecehan. Ini seperti mendapat pengakuan khusus," kata Kabita Pokharel (21), mahasiswi Strata I, di dalam bus kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi.
        
Layanan bus baru itu diluncurkan setelah Bank Dunia melakukan survei pada 2013, yang memperlihatkan 26 persen perempuan muda yang hidup di Nepal telah mengalami pelecehan seksual di angkutan umum dalam satu bentuk.
        
Sejak 1990, 683.847 lebih kendaraan telah ditambahkan di Zona Bagmati dan dengan migrasi yang berkembang dan urbanisasi cepat, jumlah kasus pelecehan terhadap perempuan mencapai angka yang tak pernah ada sebelumnya, kata media setempat.
        
Akibatnya ialah pelecehan yang melibatkan kekerasan, penyerangan, pelecehan seksual dan bahkan perkosaan sangat tinggi, kata media setempat.
        
Untuk memerangi serangan semacam itu, Serikat Angkutan Federasi Bagmati, satu lembaga angkutan swasta, menggagas konsep bus khusus-perempuan tersebut dengan armada 17-kursinya dan menggelar kendaraan untuk satu jenis kelamin saja di sepanjang rute lokal Kalanki-Balkot.
        
Saat ini, layanan tersebut hanya mengoperasikan empat bus-mini selama jam sibuk pagi dan malam hari. Meskipun pemerintah telah meluncurkan kendaraan yang memberi prioritas kursi buat perempuan yang dikenal dengan nama kursi "khusus-perempuan" di setiap kendaraan angkutan umum, sistem itu belum dilaksanakan secara efektif.
        
Bishnu Pandey, seorang pembuat rumah dan ibu seorang anak, mengatakan kepada Xinhua, "Saya seringkali harus pergi dengan menggunakan angkutan umum yang menjengkelkan. Bepergian dengan menggunakan angkutan umum pada jam sibuk seperti menghadapi kutukan, sebab kami tak bisa memperoleh kursi kosong dan bahkan tempat yang layak untuk berdiri. Situasi semacam ini dimanfaatkan oleh lelaki yang memiliki niat buruk dan jahat."
   
Mona Shreshta, ibu dua anak --lelaki dan perempuan, adalah satu-satunya perempuan kondektur di jalur itu. Ia telah melakoni pekerjaannya selama tujuh bulan belakangan; memanggil penumpang dan mengumpulkan ongkos. Untuk pertama kali, ia merasa puas dalam melakukan pekerjaannya.
        
"Perempuan penumpang dulu biasa berteriak dan mengungkapkan kemarahannya kepada kami setelah mengalami pelecehan. Tapi sekarang, penumpang mengatakan mereka merasa gembira melakukan perjalanan dan mereka senang serta puas. Saya merasa bangga menjadi bagian dari layanan bus khusus-perempuan ini," kata Mona Shreshta kepada Xinhua.