Limbah PDAM Way Rilau Cemari Sungai

id pdam cemari sungai

Setelah warga mandi di sungai tersebut, badan terasa gatal-gatal,"
Bandarlampung, (ANTARA Lampung) - Limbah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau Kota Bandarlampung cemari Sungai Sumur Putri yang kesehariannya dimanfaatkan oleh warga untuk mandi dan mencuci pakaian.
        
"Setelah warga  mandi di sungai tersebut, badan terasa gatal-gatal," kata Poniran (42) warga yang memanfaatkan aliran sungai tersebut di Kelurahan Negeri Olo Gading, Bandarlampung, Kamis.
        
Dia mengatakan limbah yang dibuang PDAM tersebut mengakibatkan penyakit kulit.
        
"ini sudah lama kejadiannya, tetapi kami juga tidak berani melapor kemana-mana karena tidak bakalan ditanggapin. Kami pernah juga ke media tapi belum ada hasilnya," kata dia.
        
Ia mengungkapkan sebagian warga pun tidak memiliki sumber air seperti sumur, sehingga jika ingin mandi atau mencuci harus ditempat tersebut,
   
"PDAM setiap harinya mengeluarkan limbah sebanyak tiga kali sehari, yakni pukul 09.00 WIB, pukul 11.00 WIB dan pukul 15.00 WIB," katanya.
        
Ia mengugkapkan bila sudah mengeluarkan limbah, air disungai tersebut pasti putih semua, bercampur sampah plastik dan juga lumpur. Kalau udah di buang, ikan sama udang yang dikali pasti  mati.
        
Sementara itu, istri Poniran, Rezekia mengungkapkan bahwa dirinya sudah sering berobat ke puskesmas. Namun penyakit kulitnya kembali kambuh kalau sudah kena air sungai.
        
"Kami selalu berobat ke Puskesmas, tetapi kita harus nyuci dan mandi disana lagi. Jadi sakitnya tidak sembuh-sembuh," katanya.
       
Pihaknya pun sudah melapor ke RT, namun belum ada respon dari ketua RT. "Udah kami laporkan, tetapi belum ada respon," kata dia.
        
Penyakit yang disebabkan limbah PDAM ini bukan hanya dirasakan oleh dirinya, sebagai warga sekitar pun mengeluhkan hal ini.
        
"Hampir semua tetangga yang disini yang tidak punya sumur, terkena penyakit kulit. Kami terpaksa mandi di kali karena tidak punya pilihan, kalau mereka ingin buang limbah kami terpaksa naik dulu," kata Robi (39) warga yang kerap mandi di sungai tersebut.
        
Menurutnya, korban yang terkena penyakit kulit itu sekitar sepuluh kepala keularga terutama yang belum mempunyai sumur.