Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Aksi yang dilakukan ribuan mahasiswa, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Bandarlampung dan Aliansi Peduli Uang Kuliah Tunggal (UKT) Badan Eksekutif Mahasiswa se-Universitas Lampung (Unila) untuk menuntut Wakil Rektor II dan Rektor Universitas Lampung, Kamis (13/11) pagi.
Aksi gabungan ini dimulai dari dua blok, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas ISIP, Fakultas Ekonomi dan Bisnis berkumpul di Fakultas Teknik.
Sedangkan Fakultas Kedokteran, Fakultas KIP, Fakultas MIPA berkumpul di Fakultas Pertanian.
Mereka kemudian bergerak dan berkumpul di depan gedung Rektorat Unila menyuarakan tuntutannya.
Aksi yang dipimpin oleh Presiden Mahasiswa Unila pagi tadi meminta Wakil Rektor dan Rektor Unila untuk keluar dari gedung Rektorat dan menandatangani tuntutan mahasiswa.
Aksi ini akhirnya mendapat respon dari pihak rektorat Unila.
Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Dr Dwi Haryono, dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof Sunarto keluar dan menjumpai mahasiswa yang sedang beraksi di depan kantornya.
Setelah mendengar suara mahasiswa yang meneriakkan tuntutan terkait UKT, Dr Dwi Haryono naik ke mobil tempat mahasiswa berorasi untuk menyampaikan tanggapannya.
Dia mengungkapkan pernyataannya terkait tuntutan mahasiswa dengan singkat.
Dwi Haryono menyepakati semua tuntutan mahasiswa dengan menandatangani dokumen kesepakatan yang disaksikan seluruh mahasiswa di depan kantor rektorat.
Tidak hanya mahasiswa yang menuntut UKT, Wakil Rektor II ini pun menanggapi tuntuntan mahasiswa agar mereka yang tergolong menengah ke atas untuk dinaikkan UKT-nya, jika terdapat dari mahasiswa tersebut UKT-nya tergolong rendah.
Setelah menandatangani kesepakatan antara mahasiswa dengan rektorat, Wakil Rektor Bidang Keuangan dan umum bersama dengan Presiden Mahasiswa Unila dan seluruh Gubernur Fakultas di Unila melakukan mediasi selama tiga puluh menit di dalam gedung rektorat.
Bersamaan dengan mediasi itu, mahasiswa-mahasiswa lainnya meneriakkan bahwa jika sampai tiga puluh menit itu tidak ada hasilnya, mereka memaksa masuk gedung rektorat.
Suasana semakin panas di luar, mahasiswa memaksa masuk karena tidak sabar menunggu keputusan mediasi yang dilakukan di dalam.
Akhirnya setelah mediasi selesai, Presiden Mahasiswa keluar dan menyampaikan kesepakatan yang dilakukan di dalam mediasi. Namun, jika kesepakatan yang sudah ditandatangani ini tidak ada tindaklanjutnya, mereka akan melakukan aksi yang lebih besar lagi.
Dany Afriandro AP, Gubernur BEM Fakultas Ekonomi Unila menginformasikan hasil mediasi tersebut kepada salahsatu jurnalis Pilar Ekonomi, bahwa pihak rektorat akan mengajukan permohonan penurunan Biaya Kuliah Tunggal (BKT) ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) di Jakarta.
Semua BEM Fakultas Unila diminta untuk membuat pernyataan keberatan akan UKT di Unila, sebagai salah satu lampiran permohonan tersebut.
Pihak rektorat juga akan membuat posko pengaduan UKT di pojok BNI Unila.
Bagi mahasiswa yang keberatan dan merasa UKT-nya tidak sesuai dengan keadaan ekonominya, bisa mengadukan keberatannya kepada BEM masing-masing fakultas atau langsung datang ke posko pengaduan UKT.
Berita Terkait
Demi tampil di Olimpiade 2024, Griezmann akan melakukan apa pun
Rabu, 21 Februari 2024 21:49 Wib
Anies sebut kekerasan sekecil apa pun pada perempuan tak boleh disepelekan
Minggu, 4 Februari 2024 22:15 Wib
PLN Lampung pun imbau warga tingkatkan kewaspadaan hadapi cuaca ekstrem
Kamis, 18 Januari 2024 12:47 Wib
Bakal cakada mulai bermunculan, DPC PDIP: Kami buka peluang siapa pun
Rabu, 15 November 2023 16:02 Wib
Survei Indikator: Prabowo berduet dengan siapa pun tetap unggul
Jumat, 20 Oktober 2023 17:48 Wib
Mahfud tegaskan jadi bakal cawapres tidak keluar uang sepeser pun
Rabu, 18 Oktober 2023 15:37 Wib
Lampu Energi Surya Pertamina terangi Pelabuhan Muara Gading Mas, nelayan pun senang
Rabu, 11 Oktober 2023 8:16 Wib
Hamdan Zoelva pun sebut pemanggilan Cak Imin oleh KPK bermuatan politis
Kamis, 7 September 2023 5:10 Wib