Lagi Paceklik, Petani Enggan Jual Gabah

id sawah

Lagi Paceklik, Petani Enggan Jual Gabah

Persawahan di Lampung yang tidak bisa digarap karena ketiadaan air. (FOTO ANTARA LAMPUNG/Hisar Sitanggang)

Hasil panen padi gadu tahun ini kurang bagus
Bandarlampung (Antara Lampung) - Sebagian besar warga di perdesaan Provinsi Lampung memilih menyimpan gabah hasil panen mereka untuk persedian bahan pangan keluarga menghadapi datangnya musim paceklik.
        
"Saya belum akan menjual gabah, bahkan saya juga tidak tahu berapa harga gabah sekarang karena masih disimpan untuk cadangan pangan keluarga," kata Salimin (55), warga Desa Kotabatu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, di Kotabatu, Senin.
        
Hal itu mengingat hasil panen padi sawah musim gadu (kemarau) pada tahun 2014 yang kurang baik akibat minimnya pengairan menjelang masa panen. Di lain pihak, masa tanam padi musim rendeng (hujan) akhir tahun 2014 yang waktunya masih relatif cukup lama.
        
Salimin dan sebagian besar warga desa setempat lainnya mengakui bahwa hasil panen padi musim gadu beberapa pekan lalu kurang maksimal karena pada saat menjelang masa panen irigasi di areal persawahan kurang karena terpaan kemarau.
        
"Hasil panen padi gadu tahun ini kurang bagus, jadi hasilnya jauh berkurang," kata anggota keluarga petani setempat lainnya, Ny. Hadijah.
        
Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Desa Kotabatu Saipul menjelaskan harga gabah di desanya merambat naik setelah sempat turun sebentar pada saat panen gadu beberapa pekan lalu.
        
Menurut dia, pada saat musim panen, harga gabah bisa turun sekitar Rp3.000,00 hingga Rp3.500,00 per kilogram. Namun, kini berangsur naik antara Rp4.000,00 hingga Rp4.500,00/kg, dan pada saat musim pacelik tahun lalau harga gabah tertinggi sampai berkisar Rp5.000,00/kg.

Redaktur : Hisar Sitanggang