Mashabi, Aktivis LSM Mitra Bentala Peduli Maritim

id Mashabi aktivis Mitra Bentala, Lingkungan, Pulau, Pahawang, Pesawaran, Laut, Pantai, Bakau, Hutan Bakau, Kepiting, Rajingan, Air, Rumput :aut

Mashabi, Aktivis LSM Mitra Bentala Peduli Maritim

Mashabi, Direktur LSM Mitra Bentala Lampung. (ANTARA LAMPUNG FOTO/Istimewa).

Perhatian pemerintah terhadap masyarakat pesisir dan pulau-pulau masih sangat kurang."
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Pemanasan global (global warming) kini menjadi masalah besar dan ancaman serius bagi warga dunia, serta telah menimbulkan dampak buruk bagi Indonesia yang juga dirasakan oleh masyarakat Provinsi Lampung.

Namun bagi Mashabi, Direktur Eksekutif LSM Mitra Bentala Lampung justru mengaku prihatin ternyata menghadapi semua itu, masih minim perhatian dan kepedulian berbagai pihak untuk berbuat nyata untuk mengantisipasi pemanasan global itu dengan upaya bersama melestarikan lingkungan hidup. '
Begitupula perhatian terhadap pelestarian lingkungan hidup di kawasan maritim, yaitu pesisir dan pulau-pulau termasuk terhadap masyarakat dan para nelayan, mengingat Indonesia yang merupakan negeri kepulauan (archipelago) dikelilingi lautan.

"Perhatian pemerintah terhadap masyarakat pesisir dan pulau-pulau masih sangat kurang," ujar pegiat lingkungan yang lahir di Sumatera Selatan, 4 Januari 1975 ini.

Lulusan Politeknik Pertanian Universitas Lampung (sekarang Politeknik Negeri Lampung) ini menyatakan, keterkejutan pemerintah atas adanya informasi penjualan pulau di Lampung yaitu Pulau Kiluan, menunjukkan bahwa sumber daya alam pesisir laut belum dikelola dengan baik dan bahkan belum tersentuh.

Padahal, dia mengingatkan bahwa kondisi pesisir laut Lampung terus terancam dan hutan mangrove (bakau) masih banyak dialihfungsikan.

"Semua ini menunjukkan tidak konsisiten dan kurang bersungguh-sungguhnya pemerintah untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya alam pesisir lautnya," ujarnya lagi.

Dia prihatin kenyataan seperti itu secara umum kondisinya juga sama untuk Indonesia secara umum.

Ia mengakui, tertarik bergabung dengan LSM Mitra Bentala karena bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan lingkungan hidup.

"Saya tertarik untuk berkontribusi langsung di tengah masyarakat, banyak berinteraksi dengan berbagai orang dan menjadi bermanfaat bagi orang banyak, sangat membanggakan," katanya lagi.

Apalagi yang dilakukan selama ini memberikan pencerahan mengajak orang untuk peduli dengan lingkungannya yang tadinya buruk menjadi baik, yang baik menjadi lebih baik dan diakui keberadaan apa yang telah kita perbuat untuk orang banyak.

Ia menyebutkan, pengalaman paling mengesankan ketika bisa berkunjung ke berbagai desa, kelurahan, provinsi lainnya dan berinteraksi langsung ke barbagai pihak dengan berbagai kondisi rill kehidupan, menjadi bagian orang atau pihak yang dapat memberikan manfaat, memecahkan masalah dengan solusi secara bersama-sama dan tentunya banyak saudara seperti keluarga sendiri di berbagai desa dan kelurahan.

Namun, dukanya, kata Mashabi lagi, banyak tenaga, pemikirian dan waktu bahkan materi yang harus dikeluarkan untuk menjalankan aktivitas tersebut.

"Bukan itu saja, dalam proses pendampingan atau advokasi masyarakat kadang-kadang merasa terancam dari pihak yang merasa dirugikan dengan keberadaan kita," ujarnya pula.

Ia mengungkapkan, pengalaman paling mengesankan adalah dapat menghadirkan pimpinan Pemerintah Provisi Gubernur Lampung (menjabat hingga 2 Juni 2014) Sjachroedin ZP tahun 2008 di Desa Pulau Pahawang.

Menurut dia, dapat meyakinkan pimpinan daerah untuk datang berkunjung ke daerah yang cukup jauh dan terisolir yang menurut masyarakat setempat keika itu belum pernah ada gubernur lampung datang sejak desa itu ada.

Tapi, melalui program Mitra Bentala ini, gubernur Lampung dapat berkunjung, dan merupakan bentuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang dilakukan oleh Mitra Bentala selama ini banyak pihak yang tahu dan mendukungnya.

                                  Ketemu Presiden
Mashabi menyebut pula pengalaman mengesankan telah membawa Mitra Bentala pada tahun 2000-an mewakili LSM Lingkungan untuk berdialog langsung dengan membawa masyarakat nelayan Desa Pulau Pahawang dan nelayan Gudang Lelang bertemu dengan Menteri Kelautan Sarwono Kusumaatmadja dan Presiden Megawati Soekarnoputri di Jakarta.

"Bangga ketika sosok lokal masyarakat dampingan muncul dan diakui pemerintah dengan mendapatkan berbagai macam penghargaan seperti Desa Pulau Pahawang, Desa Batu Menyan, dan Kelurahan Panjang Selatan," ujarnya lagi.

Mashabi menilai, saat ini kondisi lingkungan hidup secara umum di Indonesia, Provinsi Lampung maupun Kota Bandarlampung sangat memprihatinkan.

Dia menyatakan, krisis air di Kota Bandarlampung sudah mengancam, akibat dari penataan ruang yang tidak konsisten, daerah konservasi, ruang terbuka hijau, daya resap air hujan ke tanah sudah hilang akibat dari alihfungsi lahan, bukit-bukit kota terus tergerus, mandat undang-undang 30 persen ruang terbuka hijau belum dipenuhi bahkan yang ada saat ini terus berkurang.
Pencermaran air laut Teluk Lampung akibat dari limbah membunuh habitat dan ekositem laut terancam punah.

Ia juga mengingatkan, akibat dari pemanasan global saat ini, masyarakat yang paling rentan mengalami dampaknya adalah masyarakat pesisir, seperti kenaikan permukaan air laut, masuknya air laut ke permukiman, ombak yang tinggi dan angin kencang sering dialami oleh nelayan beberapa tahun terakhir ini.

Semua itu, menurut Mashabi, perlu perhatian serius pemerintah dan berbagai pihak untuk peduli pada pelestarian lingkungan dan masyarakat khususnya warga pesisir dan pulau-pulau agar tidak terabaikan lagi.

Menurut dia, bagaimana mungkin negeri maritim tapi perhatian pemerintah kepada sektor maritim dan masyarakatnya justru masih minim.

  Dia menegaskan, kini saatnya pemerintah memberi perhatian dan memajukan negeri maritim, agar dapat membuat Indonesia semakin maju dan kuat serta kian peduli pula pada pelestarian lingkungannya yang berkontribusi besar menghadapi ancaman dampak pemanasan global.