Harapan Buat Ridho Ficardo, Gubernur Termuda

id Harapan Buat Ridho Ficardo, Gubernur Termuda, Muhammad Ridho Ficardo, Lampung, Asian tenggaa, Asia, Asean, Gulaku, Sugar Grup

Harapan Buat Ridho Ficardo, Gubernur Termuda

Gubernur Lampung M Ridho Ficardo mencoba siaran di Radio SAI Lampung di Bandarlampung. (FOTO: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)

Slogan yang diusung 'Memberi dan Melayani Masyarakat Lampung' harus benar-benar dibuktikan agar menjadi kenyataan, bukan hanya janji kampanye belaka."
Muhammad Ridho Ficardo, Gubernur Lampung 2014--2019 yang dikenal sebagai gubernur termuda berusia 34 tahun, secara spontan ikut bersenandung menyanyikan lagu bernuansa kritis karya Iwan Fals.

Saat grup band Pesawat Tempur tampil di sela peluncuran dan diskusi buku "Dari Oedin ke Ridho Kado 100 Hari Pemerintahan M. Ridho Ficardo-Bachtiar Basri" di aula Harian Umum Lampung Post, Bandarlampung, Rabu (17/9) petang, Gubernur Ridho tiba-tiba membuat kaget peserta. Dia ikut bersenandung ketika penyanyi band Pesawat Tempur sedang menyanyikan lirik lagu bernada kritik tersebut.

Padahal, lagu yang dinyanyikan karya Iwan Fals, yaitu "Manusia Setengah Dewa", dengan syair lagu ini diubah menyesuaikan dengan situasi acara diskusi buku menyoal 100 hari pemerintahan Ridho Ficardo, antara lain kata "Presiden" diubah menjadi "Gubernur".

Begitu pula, lirik lagu dalam bait yang berbunyi "turunkan harga secepatnya" diubah menjadi "jauhkan Lampung dari kemiskinan".

Spontanitas Gubernur Ridho ikut bersenandung lagu itu, padahal semula sengaja dipilih dinyanyikan untuk didengarkan dan menjadi perhatiannya, justru membuat kaget umumnya peserta diskusi yang berasal dari berbagai kalangan, pejabat Pemprov Lampung, akademisi, aktivis LSM, mahasiswa, jurnalis, praktisi, dan profesional, serta anggota DPRD dan anggota DPD asal Lampung.

Sambutan tepuk tangan gemuruh peserta diskusi pun menimpali aksi Gubernur Ridho ini.

Gubernur Ridho dan Wagub Bachtiar Basri yang hadir bersama sejumlah pejabat teras Pemprov Lampung, termasuk Kapolda Lampung Brigjen Polisi Heru Winarko, sebelumnya sempat menerima penyerahan buku yang memang menjadi kado 100 hari masa pemerintahannya tersebut.

Ridho menyambut semua saran, masukan, kritik, dan harapan besar atas kepemimpinannya di Lampung lima tahun ini.

Dia menegaskan akan berupaya bekerja keras bersama jajarannya untuk memenuhi harapan, terutama memenuhi janji kampanye yang telah disampaikan sebelumnya.

"Slogan yang diusung 'Memberi dan Melayani Masyarakat Lampung' harus benar-benar dibuktikan agar menjadi kenyataan, bukan hanya janji kampanye belaka," ujar Dr. Tisnanta, akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung yang juga penggagas dan penulis buku itu.

Panitia dari penerbit Indepth Publishing bekerja sama dengan Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Hak Asasi Manusia (PKKPHAM) Fakultas Hukum Universitas Lampung serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Harian Umum Lampung Post dan berbagai pihak lainnya, juga menyediakan spanduk pesan dan kesan serta kritik dan saran bagi duet pemimpin Lampung.

Sejumlah pejabat dan peserta diskusi buku pun mengisinya dengan catatan masing-masing, termasuk di antaranya berisi harapan Lampung akan menjadi lebih maju dan masyarakatnya lebih sejahtera ke depannya.

Ridho pun menanggapi semua itu, dan menegaskan bahwa saat ini dia tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam pengambilan keputusan penting bagi kebijakan pemerintahan Lampung ke depan agar tidak menjadi salah langkah serta tidak pula menyalahi aturan yang berlaku.

"Saya bersyukur dan beruntung serta berterima kasih didampingi Wakil Gubernur Pak Bachtiar Basri yang berpengalaman di birokrasi," ujar Ridho lagi.

Berkaitan dengan usulan adanya program unggulan yang menjadi "ikon" bagi daerah Lampung, Gubernur Ridho pun menjawab, "Saat ini, saya kurang memikirkan soal 'ikon-ikon' seperti itu, karena lebih memprioritaskan memikirkan urusan rakyat lebih dulu."

"Saya tidak akan mengurus megaproyek atau semacamnya yang justru nanti akan dihujat rakyat karena rakyat Lampung justru tidak bangga dengan semua itu. Saya akan lebih memikirkan gimana caranya rakyat Lampung ini bisa makan, punya pekerjaan yang baik, pertanian di Lampung menjadi lebih maju, ekonomi lebih berkembang. Izinkan saya dan Pak Bachtiar melakukan yang terbaik untuk daerah dan masyarakat Lampung ini," ujar Ridho lagi.

"Seratus hari pertama ini," lanjut dia, "kami memang terkesan kurang sigap dan tanggap karena terus terang saya dan Pak Wagub masih penyesuaian. Akan tetapi, setelah ini kami akan menaikkan ritme kerja kami agar harapan masyarakat untuk Lampung yang lebih baik dapat segera tercapai."

Menurut dia, meskipun terkesan stagnan dan tidak ada gebrakan dalam seratus hari awal pemerintahannya bersama Wagub Bachtiar Basri, dirinya mengaku kinerjanya dalam periode tersebut sebenarnya sudah sangat keras.

"Sampai tidak mengenal waktu, menerima telepon dari saya bagi kepala dinas pada jam 11 malam adalah hal yang lumrah," ujarnya.

Meski demikian, dia mengaku tidak sedikit di antara kepala dinasnya yang mengaku "terengah-engah" mengikuti ritme kerjanya.

"Insya Allah, setelah seratus hari, kinerja kami akan lebih keras karena masa penyesuaiannya sudah lewat," kata dia pula.

Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan opini tentang pemerintahan Gubernur dan Wagub Lampung yang baru, M. Ridho Ficardo-Bachtiar Basri, yang dimuat di Harian Umum Lampung Post selama tiga bulan terakhir.

Buku tersebut ditulis oleh 33 penulis di Lampung dari berbagai latar belakang, di antaranya akademisi, budayawan, aktivis, dan jurnalis, dan diterbitkan oleh Indepth Publishing bekerjasama dengan PKKPHAM Fakultas Hukum Unila.

Kritik, saran, dan harapan besar bagi kemajuan daerah Lampung takhanya tertuang dalam buku yang menjadi kado 100 hari pemerintahan Ridho-Bachtiar ini.

Seluruh warga Lampung pastilah berharap sosok gubernur termuda ini dapat tampil memimpin dengan langkah pasti menuju Lampung yang lebih maju dan sejahtera.