Lampung Berharap Atlet Disabilitas Berlaga Di Peparnas

id papernas, pralimpik, pon, lampung, atlet, LKKS, Difabel, cacat Netra, Trully, Sjachroedin, Lomba, Atletik, cacat Tubuh, Sukoni

Pada Peparnas ke-14 di Riau 2012, kami tidak mengirimkan atlet karena ketiadaan dana."
Bandarlampung, (ANTARA LAMPUNG) - Pengurus Komite Paralimpik Provinsi Lampung mengharapkan atlet penyandang disabilitas daerah itu dapat berlaga pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) ke-15 di Bandung Jawa Barat pada 2016.
        
"Pada Peparnas ke-14 di Riau 2012, kami tidak mengirimkan atlet karena ketiadaan dana," kata Ketua I Komite Paralimpik Lampung, Sukono, di Bandarlampung, Selasa.
        
Padahal pihaknya pada 2011 telah mengajukan dana kepada pemerintah daerah melalui KONI setempat, untuk turut serta dalam kejuaraan untuk penyandang disabilitas tersebut.
        
Namun, menurut dia, pihak KONI menyatakan ketiadaan dana untuk membiayai atlet penyandang disabilitas daerah ini untuk kegiatan Peparnas tersebut.
        
Peparnas menurutnya, biasanya digelar setelah Pekan Olahraga Nasional atau  beberapa hari setelah penutupan PON.
        
Sukono berharap Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Pemuda dan Olahraga maupun KONI setempat dapat membiayai kegiatan NPC Lampung untuk membiayai atlet disabilitas agar berprestasi.
        
"Saat ini, kami tidak bisa lagi membiayai atlet untuk berlatih karena ketiadaan dana sejak April lalu," kata dia pula.
         
Ia  mengatakan pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan seleksi atlet-atlet penyandang disabilitas baik dari sekolah maupun masyarakat untuk pembinaan pada sejumlah cabang olahraga.
         
Saat ini, Lampung fokus pada enam cabang olahraga, yakni angkat berat, renang, bulutangkis, tenis meja, catur, dan atletik.
        
Ia mengharapkan atletnya dapat berlaga pada Peparnas Jawa Barat mendatang seperti pada 2008 lalu di Kalimantan Timur.
        
Kontingen penyandang disabilitas Provinsi Lampung bersama Papua Barat absen pada Peparnas XIV Riau 2012. Absennya Lampung bukan karena minimnya atlet paralympian untuk bertarung pada Peparnas, tetapi kurangnya dukungan pemerintah daerah setempat karena ketiadaan dana terutama menyangkut pembiayaan untuk keikutsertaan para atlet penyanadang disabilitas tersebut.