LSI: Jokowi Bisa Tiru Presiden Argentina

id LSI: Jokowi Bisa Tiru Presiden Argentina

Jakarta (ANTARA LAMPUNG) - Lembaga Survei Indonesia (LSI) menilai Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dapat meniru langkah mantan Presiden Argentina Carlos Menem dalam hal inkonsistensi kebijakan pemerintahan, terutama menyangkut masalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Mantan Presiden Argentina Carlos Menem pernah dalam kampanyenya mengatakan tidak akan menjual BUMN-nya, dan tidak akan menambah utang luar negeri. Tapi begitu terpilih, kebijakannya justru semua terbalik, dia melakukan privatisasi BUMN, dan ini secara politik memang hancur, tapi dia berhasil membuat ekonomi Argentina maju," kata Direktur Eksekutif LSI Kuskridho Ambardi di Jakarta, Senin (1/9).

Kuskridho mengisahkan, meskipun harus mengambil keputusan menjual perusahaan BUMN Argentina dan menghancurkan janji politiknya, apa yang dilakukan Carlos Menem itu justru mampu menekan angka pengangguran dan yang bersangkutan terpilih kembali pada periode selanjutnya.

Menurut dia, Jokowi juga bisa melakukan hal serupa dalam hal rencana menaikkan harga BBM bersubsidi, meskipun PDI Perjuangan (partai di mana Jokowi bernaung) dulu kerap menolak rencana pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menaikkan harga BBM bersubsidi.

"Maka menurut saya kalau pun PDI Perjuangan berpindah posisi (menjadi setuju atas kenaikan harga BBM bersubsidi), maka PDI Perjuangan harus meyakinkan hal itu semata-mata untuk kebaikan publik," ujar dia.

PDI Perjuangan, kata dia, harus mempersiapkan argumen yang rasional dan dapat diterima publik, serta membuktikan kinerja pemerintahan Jokowi berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat.

"Kalau didiamkan saja, istilahnya pagi tahu, sore tempe atau pagi bilang A, sore bilang B, itu akan merepotkan," kata dia.

Sebelumnya Presiden terpilih Joko Widodo disebut-sebut telah meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir masa pemerintahannya untuk menghemat anggaran negara.

Namun Presiden Yudhoyono tidak melakukan itu dengan pertimbangan saat ini rakyat sudah terbebani dengan rencana kenaikan harga bahan bakar gas 12 kilogram dan kenaikan tarif dasar listrik.

Presiden Yudhoyono menyerahkan keputusan kenaikan harga BBM bersubsidi kepada pemerintahan Jokowi. Sedangkan partai pengusung Jokowi yakni PDI Perjuangan terkenal kerap menolak rekenaikan harga BBM bersubsidi pada era pemerintahan Yudhoyono.