Harga Lada Putih di Waykanan Bertahan Tinggi

id harga, komoditas unggulan, kopi robusta, lada, kakau, kopra, jagung, lada putih, waykanan, bertahan

Harga Lada Putih di Waykanan Bertahan Tinggi

Buah lada hasil panen petani Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung. (Foto ANTARA/Gatot Arifianto)

Harga bertahan tinggi karena persediaannya juga tidak banyak."
Waykanan, Lampung,  (ANTARA LAMPUNG) - Harga lada putih di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung bertahan tinggi, yakni Rp150.000 per kilogram seiring menipis pasokan atas komoditas tersebut.
        
"Harga bertahan tinggi karena persediaannya juga tidak banyak," ujar Liana, pedagang di Pasar Pemda Blambanganumpu Waykanan yang berada sekitar 220 km sebelah utara Kota Bandarlampung, Rabu.
        
Sejumlah pekebun lada di daerah tersebut menjelaskan, nilai jual lada putih lebih mahal dibandingkan lada hitam dikarenakan proses pengolahannya yang rumit.
        
"Lada putih dipilih dari buah yang matang kemudian direndam dalam air dalam bungkusan plastik, dari satu kilogram lada tersebut paling banyak bisa menghasilkan empat ons saja," kata Basyar, pekebun lada dari Kecamatan Baradatu.
       
Karena itu, dia lebih menyukai mengolah lada dari kebunnya menjadi lada hitam.       

"Prosesnya tidak rumit, dan buah lada yang dipanen tidak ada yang terbuang seperti jika dibuat menjadi lada putih," kata dia menerangkan.
        
Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Waykanan, lada merupakan salah satu komoditas ekspor yang banyak dihasilkan oleh pekebun Waykanan setelah karet dan kopi.
        
Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Waykanan Leaderwan mengatakan, luas lahan perkebunan lada yang dikelola masyarakat Waykanan sekitar 12.083 hektare, dan penduduk yang menekuni perkebunan itu sebanyak 20.221 jiwa.
        
Hasil lada itu 3.176 ton per tahun.
        
Pada tahun 2012, Pemkab Waykanan bertekad menjadikan daerah itu sebagai penghasil lada utama di Provinsi Lampung dengan melaksanakan Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) bagi sejumlah kelompok tani setempat.
        
"Kopi dan lada diharapkan menjadi komoditas primadona daerah ini dengan adanya SL-PHT," ujarnya.