Kata Hamdi Muluk, Jokowi-JK Pasangan Ideal

Jakarta (ANTARA LAMPUNG) - Santer beredar kabar mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) akan menjadi calon Wapres, pendamping Joko Widodo (Jokowi) pada pemilihan presiden Juli 2014 nanti.

Pakar Psikologi Politik Prof Hamdi Muluk menilai duet ideal bagi Jokowi adalah dengan Jusuf Kalla karena akan saling melengkapi, berani dan tegas dalam mengambil keputusan.

"€œMemang harus ada kecocokan satu sama lain antara capres dan cawapres, meski tugas dan fungsi wapres itu tidak diatur dalam UU. Seperti SBY-JK, seolah ada matahari kembar. Istilah ini muncul karena Presiden SBY tidak tegas dan tidak berani mengambil keputusan, sehingga kemudian diambil-alih oleh JK dan JK mampu memanfaatkan peluang itu,"€ kata  Pakar Psikologi Politik Hamdi Muluk, dalam diskusi "€˜Cawapres ideal 2014"€™ di gedung Senayan Jakarta, Kamis (24/4).

Hadir sebagai pembicara lainnya, Wakil Ketua DPD RI Laode Ida  peneliti LIPI Siti Zuhro.

Karena itu, Hamdi Muluk menegaskan bahw duet ideal bagi Jokowi adalah dengan JK, dan JK diyakini tidak akan dominan karena Jokowi berani dan tegas dalam mengambil keputusan.

"€œKecuali, kalau Jokowi memberi ruang, maka kepemimpinan SBY-JK bisa terulang. Jadi, pemerintahan ke depan tergantung pada presiden terpilih, dan wapres bisa melengkapi kekurangannya. Toh, yang akan membuat Keppres tetap presiden, dan tidak ada yang namanya Kepwapres,"€ katanya lagi.

Hamdi menjelaskan, jika berbicara capres dan cawapres yang ideal berdasarkan "€˜Voting behavior"€™ maka berpijak pada dua hal penting, yaitu restrospektif dan prospektif.

Untuk restrospektif seorang figur harus dilihat dari rekam jejak atau latar belakangnnya sejak lahir sampai dewasa sekarang ini. Apakah dia memiliki kemampuan, kompetensi, integritas, moral, jujur, amanah, tenang dan tidak mudah emosional dan sebagainya sebagai calom pemimpin bangsa Indonesia.

€œSedangkan prospektif, seorang figur harus dilihat apa yang akan dikerjakan ke depan. Tetapi, sistem politik kita belum terbuka untuk ini, apalagi waktunya sangat pendek antara Mei sampai Juni 2014 yang akan ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Jadi, visi, misi dan program kerja yang akan dilakukan oleh capres-cawapres itu harus dipahami rakyat, agar kita tidak membeli kucing dalam karung, ujarnya.

Namun demikian, untuk cawapres tersebut tergantung pada capresnya sebagai pengantin, apakah cocok, chemistry atau tidak dengan pasangannya tersebut, ujarnya lagi.