Petani Karet Kini Enggan Menyadap

id Petani Kini Enggan Sadap Karet

Petani Karet Kini Enggan Menyadap

Seorang petani karet di Kabupaten Lampung Selatan sedang menyadap getah karet. Harga karet Lampung dalam sebulan terakhir bertahan Rp7.500/kg. (FOTO ANTARA LAMPUNG/Hisar Sitanggang)

Kalianda (Antara Lampung) - Sebagian besar petani di Kabupaten Lampung Selatan tidak lagi menyadap tanaman karetnya karena terkendala curah hujan tinggi yang melanda daerah itu dalam sebulan terakhir.
     
"Setiap hari hujan, gimana mau nderes atau menyadap karet," kata Eko, salah satu petani karet di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari, Lampung Selatan, Selasa.
    
Ia mengatakan, saat hujan tanaman karet sama sekali tidak dapat disadap sehingga petani memilih berhenti menyadap sementara waktu.
    
"Jika tetap menyadap karet, akan percuma karena curah hujan akan menghabiskan getah karet yang ada di dalam mangkuk sadapan. Selain itu, jika batang karet basah maka getah karet akan mengalir tidak melewati alur sadapan," katanya.
    
Ia menyebutkan, harga karet saat ini masih bertahan Rp7.500/kilogram untuk karet basah sementara karet kering Rp10.000/kilogram, namun pasokan dari petani cuma sedikit selama musim hujan ini.
    
"Kualitas karet petani pun sangat rendah karena kadar air terlalu tinggi," ujar dia.
    
Hermanto, petani setempat lainnya, juga mengaku lebih sering tidak menyadap karet karena curah hujan terlalu tinggi.
    
"Biasanya seminggu sampai lima kali menyadap, namun saat ini paling banyak dua kali karena hujan turun hampir setiap hari," kata dia.
    
Tidak hanya itu, kata dia, tanaman karet juga banyak yang terendam banjir hingga satu meter, terutama daerah yang berdekatan dengan sungai.
    
Dalam kondisi seperti ini, kata dia, pendapatan petani karet sangat minim atau turun sekitar 20 persen dibandingkan saat cuaca panas.
    
"Penurunan pendapatan petani karet ini terjadi setiap tahun ketika musim hujan tiba," tambah dia.